PERILAKU merokok pada remaja sering kali membuat orang tua, terutama ibu merasa sangat marah dan kecewa. Sikap ini adalah sesuatu hal yang wajar, siapa sih yang ingin anaknya melakukan hal yang tidak berguna, bahkan cenderung membahayakan kesehatannya?
Namun, kadang kala kita tidak menyadari ada banyak faktor yang memengaruhi seorang remaja memulai merokok. Jika faktor yang mendorong remaja untuk merokok tidak kita atasi, usaha kita melarang dan memarahinya akan sia-sia saja.
Berbagai penelitian telah berhasil mengidentifikasikan faktor-faktor yang berhubungan dengan permulaan kebiasaan merokok. Ada sejumlah faktor yang kompleks dan saling berkaitan, di antaranya penerimaan produk tembakau, promosi pemasaran rokok, kemudahan untuk mendapatkan rokok, adanya contoh dari orang dewasa dan kelompok sebaya. Secara lebih spesifik, sebuah penelitian di Jepang mengungkapkan, merokok sangat erat sekali hubungannya dengan pengaruh teman, pengaruh orang tua, lingkungan sekolah, dan uang saku.
Di usia remaja, anak akan mempunyai banyak teman dengan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya yang beragam. Di antara sekian banyak temannya, ada yang bisa membawa pengaruh positif atau sebaliknya membawa pengaruh buruk. Kebiasaan merokok yang dilakukan oleh anak mungkin merupakan salah satu pengaruh buruk yang didapat dari teman-temannya.
Banyak penelitian yang memperkuat pernyataan tersebut. Dalam sebuah penelitiannya, Shiramizu mendapatkan suatu kesimpulan bahwa seseorang dapat menjadi perokok jika ia mempunyai teman yang merokok. Survei yang pernah dilakukan oleh Yayasan Jantung Indonesia pada anak-anak usia 10-16 tahun menunjukkan 70% di antaranya menjadi perokok karena dipengaruhi oleh teman. Bahkan ada sebuah penelitian lain yang menghasilkan kesimpulan bahwa remaja yang temannya merokok memiliki risiko delapan kali lebih besar untuk ikut merokok dibanding remaja yang memiliki teman tidak merokok.
Kita tidak dapat mengabaikan kuatnya pengaruh teman bagi seorang remaja. Menurut Shaw, untuk dapat diterima dan bergabung menjadi anggota kelompok sebaya, seorang remaja harus bisa menjalankan peran dan tingkah laku sesuai dengan harapan dan tuntutan kelompok sebaya.
Perlu juga disadari, tidak sepenuhnya faktor-faktor yang mendorong anak untuk merokok datang dari lingkungan di luar rumah. Kita mungkin sering lupa, di rumahnya sendiri anak mendapat contoh kebisaan merokok dari anggota keluarga yang lain. Orang tua tidak menyadari setiap batang rokok dan setiap kepulan asap yang diembuskannya tidak luput dari perhatian anak.
Kebiasaan merokok pada orang tua berpengaruh besar pada anak-anaknya yang berusia remaja. Keluarga yang terbiasa dengan perilaku merokok atau tidak melarang perbuatan tersebut, sangat berperan untuk menjadikan seorang anak menjadi perokok dibandingkan dengan keluarga yang bukan perokok. Beberapa penelitian melaporkan, anak yang kedua orang tuanya merokok kemungkinan besar akan menjadi perokok juga, terlebih jika saudara kandung yang lebih tua seorang perokok, anak-anak tersebut memiliki risiko empat kali lipat untuk menjadi perokok.
Sangat mudah bagi anak untuk meniru kebiasaan merokok. Mengingat di negara kita kebiasaan merokok adalah suatu kebiasaan yang sudah sangat mengakar di berbagai golongan masyarakat, di mana pun tempatnya, kapan pun waktunya kita akan sangat mudah menjumpai orang-orang yang sedang merokok.
**
SUDAH sepantasnya kita khawatir terhadap kebiasaan merokok di kalangan remaja, mengingat begitu besarnya dampak negatif kebiasaan merokok dari segi kesehatan maupun ekonomi. Untuk itu, langkah antisipasi harus kita siapkan. Kita bisa mulai dari keluarga sendiri, dari anak kita sendiri. Bisa dimulai dengan tidak memberi contoh kebiasaan merokok dalam keluarga. Berlakukan aturan dan larangan merokok bagi setiap anggota keluarga tanpa kecuali. Dengan demikian, anak tidak lagi melihat orang tua maupun anggota keluarga lain merokok, sehingga diharapkan tertanam dalam benak anak bahwa kebiasaan merokok merupakan kebiasaan buruk untuk semua orang, tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Keyakinan itu mungkin akan menjadi sedikit bekal bagi anak untuk tidak merokok sepanjang hidupnya.
Berikan pengetahuan dan pengertian yang tepat dan proporsional tentang bahaya yang timbul akibat kebiasaan merokok. Jangan menakut-nakutinya secara membabi buta. Bagi seorang remaja terkadang hal yang membahayakan dapat dianggap sebagai sebuah tantangan. Itu artinya upaya pencegahan yang kita lakukan malah menjadi pencetus kebiasaan merokok. Kita mengharapkan anak tidak merokok bukan karena takut pada orang tua, tetapi karena memang tumbuh kesadaran bahwa kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang buruk. Jika kita mampu menumbuhkan kesadaran tersebut pada diri anak, kita tidak perlu khawatir ia akan merokok di belakang kita.
Untuk menumbuhkan kesadaran tersebut memang tidak mudah, perlu proses, waktu, dan kesabaran. Tetapi yakinlah bahwa hal itu memang layak untuk diperjuangkan. Manfaatnya akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga, penerapan aturan dan larangan merokok akan mengerem kebiasaan merokok anggota keluarga lain. Keluarga jadi lebih sehat dan beban ekonomi berkurang, karena uang yang digunakan untuk membeli rokok bisa dialihkan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat.
Ginna Megawati, dokter, relawan di University Volunteers for Tobacco Control (UVTAC)
Share this :
3 Komentar
Saya setuju mas.. kebanyakan orang merokok itu karena pengarurh lingkungan..
Balaswow it is good post......saya ijin bookmark situs ini...
BalasKebiasaan merokok merupakan gaya hidup sangat tidak sehat. So jangan karena keliatan keren Anda kemudian ikut2an dan akhirnya justru merugikan Anda sendiri.
BalasKatakan: "Hidup sehat tanpa rokok!".
Penulisan markup di komentar